Pemimpin Pecinta Fitnah

September 03, 2018


Suatu ketika, Abu Nawas dipanggil oleh Khalifah Harun Arrasyid. Dia ingin diberi hadiah kematian bagi khalifah. Apa pasal? penghinaan!

Dengan puluhan pengawal, Abu Nawas digiring menghadap Khalifah. Dia tenang saja dan tidak menunjukkan sikap ketakukan. Bahkan, dia maju sendiri sambil menebarkan senyum ke para penasihat kerajaan. Khalifah saat itu sudah memiliki prasangka akan dibuatkan lelucon oleh Abu Nawas, namun Khalifah tidak ingin gegabah dan tetap tenang. Dia sadar, ada penyebar fitnah sesungguhnya yang berkeliaran, dan Abu Nawas dibiarkan untuk mengatakan hal sebenarnya kepada publik.

"Hai, Abdullah (Hamba Allah), kenapa kau mengatakan kepadaku kalau aku suka fitnah?" tanya Khalifah.

Abu Nawas terdiam, dan kemudian mengatakan, "Memang benar"

"Siapa yang bilang" Abu Nawas melanjutkan.

"Aku mendengar itu dari para pembantuku yang mendapat omongan dari orang lain, apakah benar seperti itu kau bicara, dan kenapa?"

"Apakah kau tidak takut dengan hukuman kematian karena telah menghina khalifah"

Abu Nawas kembali tersenyum. Dia menunjuk hidungnya sendiri dan mengatakan kalau dirinya sudah menjadi milik Allah dan tidak ingin mendapatkan apa apa. Lantas dia memberitahukan hal sebenarnya tentang fitnah tersebut.

"Wahai saudaraku, aku memang menyebutmu suka fitnah, bahkan semua orang. Aku hanya merujuk kepada ayat Allah, surat Al-Anfal  ayat 28"

"Aku menjelaskan kepada orang-orang, kalau harta, anak dan lainnya hanyalah ujian dan fitnah. Dan kau saudaraku, apakah kau menyukai harta dan sayang terhadap anak dan keluargamu?"

Khalifah bangkit, turun dan memeluk Abu Nawas. Dia sudah mengerti tentang kecerdasan Abu Nawas dan kemudian membawanya keluar. Akhirnya mereka pun bersenda gurau tanpa ada batasan antara pemimpin dan rakyatnya.

Previous
Next Post »
0 Komentar