Menuju Hati dan Jiwa yang Tenang

September 17, 2018

Dengan apa anda bisa mencapai Tuhan? Hati.

Sebagain mungkin sepakat, sebagian mungkin tidak. Pasalnya, ibadah hanyalah serangkaian media untuk mencapai ketenangan hati. Sholat, zikir, sedekah, dan berbuat baik disinyalir -jika kita ikhlas- akan membuat hati tentram. Titik inilah yang akan membuka hijab antara manusia dengan Tuhannya.

Hati adalah rasa. Rasa yang ghaib, yang Supra rasional. Hati mampu mencapai hal hal yang tidak bisa dicapai akal; dengan rasa. Merasakan hadirnya tuhan. Menerima dengan lapang tanpa berpikir untung rugi, tanpa apa mengapa dan bagaimana. Hati membuat manusia menyerah bukan karena kalah, tapi mengerti hal yang hanya bisa diambil dengan rasa.

Tuhan datang melalui hati. Zat yang maha suci, yang maha lembut. Dia yang bergerak beriringan dengan geraknya hati. Membuka penghalang yang menetap dihati orang orang yang marah dan dengki. Dan itu tidak mudah mendapatkan “Nafsu Muthmainnah”. Media dibutuhkan di sini. Ibadah dan lebih spesifiknya ialah Riyadhah atau biasa disebut tirakat.

Mereka berusaha untuk menyucikan hati karena hal tersebut ada di dalam Al-Qur'an: “Dan beruntunglah mereka yang bersuci/membersihkan diri (Al A'ala ayat 14) dan dilanjutkan, dengan “mengingat Tuhannya -kebesarannya, keagungannya, dan dia pun beribadah (solat)”.

Siapa yang menolak hal ini tidak bakal tercapai? Ulama terdahulu sudah melakukannya dan mereka mendapatkan karamah/kelebihan yang tidak didapatkan manusia-manusia biasa. Mereka lembut dan mengetahui kelembutan sisi hati manusia. Mereka paripurna dan dibuat Tuhan menjadi seperti ini. Manusia datang kepada mereka, dan ulama tersebut sudah mengetahui maksud dari kedatangan manusia manusia itu, karena kelembutan dan sensitivitas yang tinggi di hati mereka.

Tuhan tidak membutakan hati mereka, “Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS.al-Hajj:46). Keinginan mereka begitu kuat untuk mencapai makam Ilahiyah. Bukan karena Gandrung akan kesalehan, justru mereka terus merasa sebagai makhluk yang kurang dan butuh bantuan. Mereka merendah dan sadar akan serendah rendahnya manusia.

Hati mereka telah dicuci, jiwa mereka tenang, karena lepasnya dari kefanaan dunia. “Hai jiwa yang tenang Kembalilah kamu kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang dan diridhai, Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, Maka masuklah ke dalam surga-Ku.” (al fajr: 27-30)

Previous
Next Post »
0 Komentar